Game S60 v2


Minggu, 21 Desember 2014

formasi sepak bola

FORMASI TERBAIK BUAT SEMUA KLUB ELITE DI WE DAN PES
langsung saja....
Keberhasilan Spanyol menjuarai Piala Dunia serta
gelar treble yang diraih Inter Milan tidak lepas
dari formasi yang mereka terapkan. Ya, 4-2-3-1
merupakan formasi yang mereka gunakan untuk
meraih kesuksesan masing-masing. Tidak hanya
dua tim itu, timnas Belanda dan Jerman yang
notabene meraih peringkat 2 dan 3 di Piala Dunia
lalu ternyata juga menerapkan formasi yang
sama, begitu juga dengan Bayern Muenchen, tim
yang dikalahkan Inter di Final Liga Champions.
Terbukti 4-2-3-1 merupakan formasi yang cukup
ampuh. Tim-tim elite Eropa kini juga ikut
menerapkan formasi tersebut setelah melihat
keberhasilan Spanyol, Belanda, Jerman, Inter, dan
Muenchen di turnamennya masing-masing.
4-2-3-1 telah menjelma menjadi formasi yang
maha dahsyat.
4-2-3-1 merupakan formasi yang menggunakan
empat bek sejajar, dua gelandang (biasanya satu
bertipikal menyerang, satu bertahan), dua pemain
sayap, satu trequartista atau playmaker, dan satu
penyerang. Inter Milan asuhan Mourinho
menempatkan Cambiasso dan Motta sebagai
gelandang, Sneijder sebagai trequartista, dan dua
penyerang sayap Pandev dan Eto’o untuk
menyokong Milito. Spanyol juga menerapkan
dasar yang tidak jauh berbeda, menerapkan
Busquets dan Xabi Alonso sebagai gelandang,
Xavi sebagai playmaker, dan pemain sayap
Iniesta dan David Villa untuk menunjang Torres.
Namun, di beberapa pertandingan terakhir Piala
Dunia, Torres tampil tidak maksimal sehingga
posisinya diganti oleh Villa dan posisi pemain
anyar Barcelona itu diganti oleh Pedro di Final
Piala Dunia. Begitu juga dengan Belanda dan
Jerman yang kurang lebih sama pada
penempatan posisi itu.
4-2-3-1 memang formasi yang lengkap, memiliki
sayap, pengatur serangan, dan gelandang
bertahan. Selain itu, formasi ini dinilai kuat dalam
bertahan dan juga menyerang. Dengan
menempatkan dua gelandang bertahan seperti
Busquets dan Xabi Alonso, Spanyol tercatat
hanya terbobol dua kali selama Piala Dunia 2010.
Dua gelandang itu benar-benar melapis keempat
bek Spanyol. Tapi di sisi lain, ‘La Furia Roja’ juga
bisa mengandalkan penguasaan bola untuk
menyerang. Xavi digunakan sebagai seorang
play maker untuk mengalirkan bola kepada dua
pemain sayapnya, Iniesta dan Pedro yang
mempunyai kecepatan dan skill di atas rata-rata.
Dua pemain sayap itu tinggal memanjakan
penyerang tunggal David Villa untuk
menceploskan bola. Buntu melalui sayap, Xavi
juga bisa membongkar pertahanan lawan melalui
lapangan tengah.
4-2-3-1 juga terbukti dahsyat dalam melakukan
serangan balik. Meski kerap menampilkan
sepakbola bertahan, Inter memiliki serangan
balik yang mematikan seperti ketika
mengalahkan Barcelona dan Bayern Muenchen di
Liga Champions tahun lalu. Begitu juga dengan
Jerman yang juga memiliki serangan balik yang
terorganisir seperti ketika membantai Inggris
dan Argentina. Dua dari empat gol ke gawang
Inggris dan Argentina merupakan sebuah
serangan balik yang rapi, cepat, dan mematikan.
Bayern Muenchen sendiri meskipun dikalahkan
Inter di Final, pelatih Louis van Gaal juga
menerapkan dasar formasi yang sama. Selain itu,
salah satu kelebihan dari formasi ini adalah bisa
dimodifikasi menjadi 4-3-3 atau 4-4-1-1,
tergantung kebutuhan tim setelah melihat
karakteristik lawan.
Walaupun formasi ini hanya menempatkan satu
orang penyerang, bukan berarti akan sulit
mencetak gol. Dua pemain sayap akan senantiasa
menyerang dari pinggir lapangan dan menerobos
masuk ke daerah pertahanan lawan sehingga
dapat mencetak gol. Begitu juga dengan
playmaker yang juga bisa dijadikan sebagai
penyerang kedua untuk masuk ke daerah
pertahanan lawan. Belum lagi ada gelandang
yang siap menembak dari jarak jauh macam Xabi
Alonso dan Bastian Schweinsteiger. Namun,
untuk menerapkan formasi ini tentunya memang
harus memiliki pemain-pemain yang berkualitas.
Terutama untuk dua pemain sayap yang harus
memiliki kecepatan dan kemampuan untuk
menerobos pertahanan lawan. Juga penyerang
tunggal yang harus memiliki karakteristik
lengkap, memiliki insting mencetak gol yang
tinggi, kuat dalam bola-bola atas, dan juga punya
skill serta teknik yang cukup.
Kini, beberapa tim-tim eropa mulai mengikuti
jejak Spanyol dan Inter Milan. Real Madrid asuhan
Jose Mourinho sudah jelas akan menerapkan
formasi ini. Rekrutan anyar Angel Di Maria,
Mesut Oezil, dan Sami Khedira akan menambah
kekuatan ‘El Merengues’. Khedira akan
mendampingi Alonso di lini tengah. Sementara
Oezil untuk sementara menggantikan tugas
Kaka yang sedang cedera dengan dibantu oleh
Cristiano Ronaldo dan Di Maria di sisi sayap. Tim-
tim elite lain macam Liverpool, Arsenal, dan
Manchester City juga ikut memakai formasi
favorit Jose Mourinho itu. Sementara Juventus
dengan kekuatan barunya sebenarnya sudah
menetapkan formasi 4-4-1-1. Tapi melihat
perkembangannya, tim asal kota Turin itu mulai
berujung ke 4-2-3-1. Pelatih Luigi Delneri sampai
memohon kepada direksi Juve agar tidak
menjual Diego yang rencananya akan dijadikan
trequartista pada penerapan 4-2-3-1.
Formasi ini memang nampaknya sedang populer
di mata para pelatih saat ini, dan siap
menyingkirkan formasi 4-4-2 dan 4-3-3 yang
terlebih dulu populer di dunia pertaktikan..
Bagaimana? tertarik dengan 4-2-3-1? Saya sendiri
sedang mencoba menerapkannya di Football
Manager.. hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar